Rabu, 22 Juni 2011

TURUN DAN TERSEBARNYA AL-QURAN

Penjagaan terhadap AI-Quran



Telah kami paparkan bahwa ayat-ayat dan surat-surat Al�Quran tersebar di kalangan kaum Muslimin sebelum dilakukannya penghimpunan yang pertama dan kedua. Mereka sangat memper�hatikan keadaannya. Telah kami paparkan pula bahwa seke�lompok sahabat dan tabi'in adalah qurra`, dan penghimpunan Al�Quran telah selesai dilakukan dengan disaksikan oleh mereka. Mereka menerima mus-haf yang dihimpun di bawah pengawasan mereka dan menyalinnya tanpa menambah dan mengurangi.

Ketika dilaksanakan penghimpunan yang kedua, huruf wawu
( ) bermaksud dibuang dari







(QS 9:34), maka mereka mencegahnya. Ubay bin Ka'b, seorang sahabat Nabi, mengancam dengan menggunakan pedang jika mereka tidak mempertahankan huruf wawu tersebut. Akhirnya mereka pun mempertahankannya.

Ketika menjabat khalifah, Umar bin Khattab membaca bagian ayat







dari QS 9:100 :







tanpa wawu ( ), maka mereka memprotesnya dan mengharuskan agar dia membacanya dengan wawu.12)

Imam Ali, meskipun merupakan orang yang pertama kali menghimpun Al-Quran menurut urutan turunnya, dan meskipun mereka menolak himpunannya serta tidak menyertakannya dalam penghimpunan pertama maupun kedua, tidak memperlihatkan sikap menentang. Bahkan ia menerima mus-haf itu dan tidak menyatakan apa pun tentang masalah ini sampai ia menjabat sebagai khalifah. Demikian pula para Imam Ahlul Bait. Putra Ali dan pengganti-penggantinya tidak menentang masalah ini dan tidak mengatakan apa pun, meski kepada sahabat terdekat mereka. Bahkan mereka selalu menggunakan mus-haf itu sebagai pegangan dan menyuruh kaum Syi'ah untuk membaca Al-Quran sebagai� mana kebanyakan kaum Muslimin membacanya.13)

Dengan tegas dapat kami katakan bahwa diamnya Imam Ali - yang mus-haf himpunannya, dalam hal urut-urutan surat dan ayat, berbeda dengan mus-haf yang lazim - adalah karena urutan turunnya Al-Quran tidak begitu penting dalam menafsirkan Al-Quran dengan Al-Quran, suatu hal yang diperhatikan oleh Ahlul Bait. Tetapi, yang penting dalam penafsiran seperti itu adalah memperhatikan keseluruhan ayat AI-Quran dan membandingkan yang satu dengan yang lain, karena Al-Quran adalah sebuah kitab suci yang abadi untuk semua zaman dan bangsa, yang maksud�maksudnya tidak mungkin terbatasi ruang dan waktu, atau peristiwa-peristiwa yang melatarbelakangi turunnya, atau yang lain.

Memang, ada gunanya juga mengetahui dimensi-dimensi ini, yaitu seperti mengetahui sejarah lahirnya beberapa pengetahuan, hukum, dan kisah yang berbarengan dengan turunnya ayat-ayat Al-Quran, dan mengetahui bagaimana kemajuan dakwah Islam selama dua puluh tiga tahun, dan lain-lain. Tetapi, memelihara kesatuan Islam yang senantiasa ditekankan oleh para Imam Ahlul Bait adalah lebih penting daripada keuntungan-keuntungan tambahan.






12). As-Suyuthi, ad-Durrul Mantsur, III, h. 369.

13). Al-Wafi, V, h. 273.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar